Industri pusat data semakin berkembang pesat seiring dengan kebutuhan teknologi kecerdasan buatan yang semakin meningkat. Wilayah Asia Tenggara menjadi incaran investor asing untuk membangun data center, namun sayangnya Indonesia tidak menjadi destinasi utama bagi investasi tersebut. Malaysia dan Vietnam justru lebih diminati oleh perusahaan asing untuk berinvestasi dalam industri pusat data.
Meskipun Indonesia memiliki keunggulan dalam penggunaan media sosial dibandingkan dengan Malaysia dan Vietnam, investor asing lebih tertarik untuk berinvestasi di negara-negara tetangga tersebut. Menurut laporan Data Reportal per Januari 2024, Indonesia unggul dalam penggunaan platform media sosial dibandingkan dengan Malaysia dan Vietnam. Namun, Malaysia dan Vietnam tetap menjadi pilihan utama bagi investor asing.
Berikut ini adalah rangkuman investasi dalam industri pusat data di Malaysia:
Oracle
Perusahaan cloud asal Amerika Serikat, Oracle, baru-baru ini mengumumkan rencana investasi sebesar US$6,5 miliar untuk mendirikan cloud regional publik pertamanya di Malaysia. Investasi ini bertujuan untuk membantu organisasi di Malaysia dalam memodernisasi aplikasi, memindahkan beban kerja ke cloud, serta berinovasi dengan data, analitik, dan kecerdasan buatan.
Google juga berkomitmen untuk berinvestasi sebesar US$2 miliar di Malaysia untuk membangun pusat data dan wilayah cloud pertamanya di negara tersebut. Hal ini dilakukan seiring dengan meningkatnya permintaan akan kecerdasan buatan dan layanan cloud regional. Pusat data ini akan mendukung layanan digital seperti Search, Maps, dan Workspace, serta menyediakan layanan cloud kepada perusahaan dan organisasi di sektor publik dan swasta.
Amazon Web Services (AWS)
AWS telah melakukan investasi sebesar 29,2 miliar ringgit di Malaysia, termasuk dalam pembangunan pusat data fisik di negara tersebut serta membuka ribuan lapangan pekerjaan. AWS juga telah menandatangani Perjanjian Kerangka Kerja Cloud dengan Pemerintah Malaysia untuk meningkatkan adopsi cloud di sektor publik.
ByteDance
Induk perusahaan TikTok, ByteDance, berencana untuk menggelontorkan dana sebesar US$2,13 miliar untuk membangun pusat kecerdasan buatan di Malaysia. Hal ini sebagai bagian dari kesepakatan untuk mengembangkan fasilitas pusat data di Johor.
Microsoft
Microsoft juga berinvestasi sebesar US$2,2 miliar untuk mendukung transformasi digital di Malaysia. Investasi ini mencakup pembangunan infrastruktur cloud dan kecerdasan buatan, serta menciptakan peluang keterampilan AI bagi 200.000 orang tambahan di Malaysia.
Di Indonesia, Microsoft juga memiliki rencana investasi untuk infrastruktur cloud dan kecerdasan buatan, meskipun nilainya masih di bawah investasi yang dilakukan di Malaysia.
Menteri Komunikasi dan Informatika Budi Arie Setiadi menyatakan bahwa pemerintah akan segera menerbitkan revisi PP 71 tentang kewajiban menempatkan data di Indonesia untuk menarik investasi di bidang pusat data. Aturan tersebut direvisi agar lebih menarik bagi investor, mengingat Indonesia harus bersaing dengan negara lain seperti Malaysia yang menawarkan harga listrik murah. Budi menekankan pentingnya Indonesia untuk bersaing dengan negara-negara tetangga dalam menarik investasi.
Dengan persaingan yang semakin ketat, Indonesia perlu terus melakukan pembenahan dan reformasi kebijakan agar dapat menjadi destinasi investasi yang menarik bagi perusahaan asing. Dengan potensi besar yang dimiliki oleh Indonesia, diharapkan negara ini juga dapat menjadi tujuan utama bagi investasi dalam industri pusat data di masa depan.