Pada tahun 2024, China mencatat angka pernikahan terendah dalam empat dekade terakhir. Hal ini menjadi tanda bahwa negara ini sedang menghadapi masalah serius dengan menurunnya angka kelahiran. Menurut laporan SCMP, hanya ada 6,10 juta pasangan yang menikah di China pada tahun tersebut, turun 20,5 persen dari tahun sebelumnya. Sementara itu, jumlah perceraian naik tipis menjadi 2,82 juta.
He Yafu, seorang demografer independen, mengatakan bahwa penurunan tajam dalam pencatatan pernikahan pada tahun 2024 merupakan indikator bahwa angka kelahiran akan terus turun pada tahun berikutnya. Krisis demografi ini semakin diperparah oleh jumlah wanita usia subur yang semakin sedikit dan anak muda yang cenderung menunda menikah karena faktor sosial dan ekonomi.
Meskipun pemerintah telah berupaya untuk mendorong pasangan memiliki lebih banyak anak, populasi China diprediksi akan terus menyusut. Hal ini akan menciptakan tantangan besar bagi kebijakan jangka panjang karena negara ini akan menghadapi masalah dengan tenaga kerja yang semakin berkurang dan masyarakat yang menua dengan cepat.
Pada tahun 2024, China mencatat sedikit kenaikan dalam angka kelahiran untuk pertama kalinya sejak tahun 2017. Jumlah kelahiran mencapai 9,54 juta, naik dari 9,02 juta pada tahun sebelumnya. Para ahli mengaitkan peningkatan ini dengan Tahun Naga dalam zodiak China, yang dipercayai membawa keberuntungan. Banyak orang tua berharap untuk hamil pada tahun tersebut agar bisa melahirkan bayi bershio naga.
Namun, para ahli demografi memperkirakan bahwa angka kelahiran kemungkinan akan kembali turun pada tahun 2025. China harus segera mencari solusi untuk mengatasi masalah penurunan angka kelahiran ini agar tidak berdampak buruk bagi masa depan negara. Semoga dengan upaya yang tepat, China bisa mengatasi krisis demografi yang sedang dihadapi.