Presiden Korea Selatan Yoon Yuk Yeol baru-baru ini mengumumkan keadaan darurat populasi nasional karena terus menurunnya angka kelahiran di negara tersebut. Pada tahun 2024, angka kesuburan diperkirakan akan mencapai titik terendah yaitu 0.68, turun dari 0.76 pada tahun sebelumnya. Tingkat kesuburan mengacu pada jumlah anak yang dimiliki seorang wanita sepanjang hidupnya. Tren ini telah diidentifikasi sebagai masalah besar oleh Presiden, karena menimbulkan kekhawatiran terhadap keberlanjutan Korea Selatan.
Krisis akibat rendahnya angka kelahiran dianggap sebagai isu kritis bagi Korea Selatan. Presiden Yoon Yuk Yeol menyoroti betapa mendesaknya situasi ini, dan menekankan perlunya tindakan segera untuk mengatasi penurunan jumlah kelahiran di negara tersebut. Dalam sebuah wawancara dengan Korean Herald, ia menyatakan, “Krisis populasi yang disebabkan oleh rendahnya angka kelahiran merupakan masalah besar dan kritis bagi Korea Selatan.
“Menanggapi tren yang mengkhawatirkan ini, pemerintah telah memulai berbagai upaya untuk meningkatkan angka kelahiran di Korea Selatan. Salah satu langkah penting yang diambil adalah pembentukan kementerian baru yang disebut Departemen Strategi Kependudukan. Departemen ini bertugas mengembangkan inisiatif strategis untuk mengatasi penurunan angka kelahiran dan merumuskan kebijakan untuk mendorong keluarga memiliki lebih banyak anak.
Menurunnya angka kelahiran di Korea Selatan mempunyai dampak yang luas terhadap masa depan negara tersebut. Menyusutnya populasi dapat menyebabkan berkurangnya angkatan kerja, yang dapat berdampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi dan produktivitas. Selain itu, populasi yang menua dapat memberikan tekanan pada sistem layanan kesehatan dan dana pensiun, sehingga semakin membebani sumber daya pemerintah.
Salah satu penyebab utama menurunnya angka kelahiran di Korea Selatan adalah tingginya biaya membesarkan anak. Biaya yang terkait dengan perawatan anak, pendidikan, dan perumahan menjadikan tantangan bagi pasangan muda untuk mempunyai anak. Selain itu, perubahan norma dan sikap masyarakat terhadap pernikahan dan kehidupan berkeluarga juga berkontribusi terhadap penurunan angka kelahiran.
Untuk mengatasi tantangan ini, pemerintah perlu menerapkan kebijakan yang mendukung orang tua yang bekerja, seperti menyediakan layanan penitipan anak yang terjangkau, cuti orang tua, dan dukungan perumahan. Mendorong keseimbangan kehidupan kerja dan mendorong lingkungan yang ramah keluarga di tempat kerja juga dapat membantu meringankan beban pasangan muda dan mendorong mereka untuk memiliki lebih banyak anak.
Deklarasi darurat populasi nasional di Korea Selatan menyoroti betapa seriusnya penurunan angka kelahiran di negara tersebut. Inisiatif Presiden Yoon Yuk Yeol untuk mengatasi masalah ini dengan membentuk Departemen Strategi Kependudukan merupakan langkah ke arah yang benar. Namun, upaya bersama dari pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat secara keseluruhan diperlukan untuk membalikkan tren ini dan memastikan keberlanjutan jangka panjang penduduk Korea Selatan. Dengan menerapkan kebijakan dan sistem pendukung yang komprehensif, Korea Selatan dapat mengatasi tantangan yang ditimbulkan oleh rendahnya angka kelahiran dan membuka jalan bagi masa depan yang lebih cerah bagi warganya.